Jakarta, Jum’at, 9 Desember 2022,  SMKN 22 Jakarta telah mengadakan kegiatan sholat jum’at secara berjamaah, yang bertindak sebagai Muazdin adalah Muhammad Latif kelas XI OTKP 2 beliau adalah Ketua Rohis SMKN 22 Jakarta, sedangkan yang berntindak sebagai Khotib dan Imam Adalah bapak Ust. Miswan, M.Kom,M.Pd,  beliau telah dipercaya sebagai Pembina Rohis SMKN 22 Jakarta.

Berikut adalah isi khutbah yang telah disampaikan dengan penuh khitmat yang berjudul:

6 Pesan Imam AL-Ghazali Kepada Muridnya

kali ini kita akan membahas tentang nasehat-nasehat Imam Al-Ghazali yang sarat akan makna. Seorang ulama yang bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Ath-Thusi Ays-Syafi’i. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. beliau adalah salah seorang ulama yang sangat masyhur di belahan bumi ini, khusunya negeri Arab.

Suatu ketika, Imam Al-Ghazali bersama murid-muridnya berkumpul dalam sebuah pengajian. Dalam pengajian itu sang guru memberi masukan sekaligus nasehat tentang apa yang paling dekat, paling jauh, paling besar, paling berat, paling ringan, dan paling tajam.

Berikut adalah beberapa nasehat sang guru kepada murid-muridnya, berdasarkan kitab Ihya Ulumuddin, karangan beliau sendiri  :

Pertama, yang paling dekat adalah kematian

Imam AL-Ghazali bertanya kepada murid muridnya, adakah yang tahu bahwa yang paling dekat itu adalah kematian? Rasanya semua akan menjawab “tidak”, mengapa? Karena saya rasa semua dari kita akan menjawab yang paling dekat itu adalah orangtua, teman, guru dan lain sebagainya. Tapi ketahuilah bahwa yang paling dekat itu adalah kematian. Kenapa? Karena kita tidak akan pernah tahu kapan kematian itu akan datang menjemput kita.

Kedua, yang paling jauh adalah masa lalu

Kita mungkin berpikir yang paling jauh adalah planet-planet, bulan, bintang bahkan matahari. Akan tetapi Imam Al-Ghazali menjelaskan sebuah hal yang paling benar. “Yang paling jauh adalah masa lalu,” kata imam Al-Ghazali kepada murid-muridnya. Alasannya adalah karena bagaimana pun caranya, motor,mobil,roket cepat pun kita tidak akan pernah sampai  (kembali) ke masa lalu. Oleh karena itu, kita tidak dianjurkan untuk membanggakan kebaikan di masa lalu, tapi kebaikan di masa lalu menjadi tolak ukur sekaligus motivasi untuk kebaikan hari ini dan hari esok.

Ketiga, yang paling besar adalah nafsu

Imam Al-Ghazali kembali bertanya kepada murid-muridnya, ” apa yang paling besar di dunia ini?.” Kemudian diantara murid-muridnya ada yang menjawab  gunung, lautan, matahari, bulan, dan lain sebagainya. ” itu benar,” kata Imam Al-Ghazali. Kemudian beliau menjelaskan bahwa yang paling besar di dunia ini adalah nafsu. Mengapa demikian? Karena nafsu acapkali menjerumuskan manusia kepada hal-hal yang buruk, berbeda halnya dengan yang baik-baik. Dalam Al-Qur’an Allah Swt juga menjelaskan tentang bahayanya nafsu.

Keempat, yang paling berat adalah menanggung amanah

Dulu, bintang-bintang, bulan, matahri, malaikat, tumbuh-tumbuhan dan hewan tidak mau menerima ketika Allah meminta mereka supaya menjadi khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini, tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan tersebut. Akibatnya di hari kiamat kelak manusia banyak yang masuk ke neraka karena tidak sanggup menanggung amanah.

Kelima, yang paling ringan adalah meninggalkan salat

Umat islam semuanya tahu kalau salat adalah tiang agama. Tapi banyak diantara kita yang mengaku muslim, secara terang-terangan meninggalkan salat, meninggalkan salat dianggap hal yang mudah dan ringan. Alasan meninggalkan salat pun berbagai macam, karena pekerjaan, kesibukan bahkan karena lupa. Sebenarnya jika manusia hidup hanya untuk mencari makan dan kesenangan saja, maka tidak ada bedanya manusia dengan binatang. Ketahuilah bahwa meninggalkan salat itu adalah dosa besar, dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina dan minum minuman keras.

Keenam, yang paling tajam adalah lidah

Ketika berbicara mengenai apa yang paling tajam, spontan kita akan menjawab pisau, pedang, gergaji dan lain sebagainya. Akan tetapi, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa yang paling tajam itu adalah lidah. Karena dengan lidah, manusia kerapkali menyakiti perasaan orang lain bahkan kerabat dekat sekalipun.  Sebagaimana pepatah mengatakan, “Kalau pedang melukai tubuh ada harapan akan sembuh, tapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak di cari?”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *