Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh dengan tuntutan, sering kali kita terjerat dalam pola perilaku yang berlebihan. Namun, penting bagi kita untuk mengingat bahwa keberhasilan sejati tidak terletak pada kelebihan yang berlebihan, melainkan pada keseimbangan yang bijaksana. Perintah untuk tidak berlebihan dalam segala hal merupakan panggilan yang penting untuk menjaga kestabilan dalam hidup kita. Dalam mengejar tujuan dan ambisi, kita harus mampu mengendalikan diri dan tidak terjebak dalam dorongan yang melampaui batas. Dengan mengingatkan diri kita sendiri akan pentingnya tidak berlebihan, kita dapat mencapai harmoni dan kepuasan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, hubungan, hingga kesehatan mental dan fisik.

Dalam Hadits kali ini, yaitu hadits Riyadus Sholihin Nomor 148, akan membahas tidak bolehnya berlebihan dalam segala hal

Isi Hadits:

عن أَبي عبد الله جابر بن سمرة رضي الله عنهما، قَالَ: كُنْتُ أصَلِّي مَعَ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – الصَّلَوَاتِ، فَكَانتْ صَلاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا. رواه مسلم

Dari Abu Abdillah, yaitu Jabir bin Samurah radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Saya pernah bershalat dengan Nabi s.a.w. beberapa shalatan, maka keadaan shalat beliau s.a.w. itu adalah sedang dan khutbahnyapun sedang pula.” (Riwayat Muslim).

Penjelasan Hadits

Hadits ini mengandung pesan yang penting dalam kehidupan agama kita. Nabi Muhammad (sallallahu ‘alayhi wa sallam) adalah contoh yang sempurna dalam segala aspek, termasuk dalam pelaksanaan ibadah dan memberikan khutbah. Dalam shalat, Nabi (sallallahu ‘alayhi wa sallam) menunjukkan kekhusyukan dan ketenangan, tanpa tergesa-gesa. Ini mengajarkan kepada kita bahwa ketenangan dan kefokusan adalah kunci untuk mendapatkan manfaat spiritual maksimal dari ibadah kita.

Selain itu, khutbah yang disampaikan oleh Nabi (sallallahu ‘alayhi wa sallam) juga mencerminkan kesederhanaan dan kecukupan. Beliau tidak menggunakan kata-kata yang berlebihan atau berlebihan dalam gaya penyampaian khutbahnya. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam komunikasi dan tidak melampaui batas dalam penggunaan kata-kata.

Dengan demikian, hadits ini mengajarkan kepada umat Muslim untuk mencontoh sikap Nabi (sallallahu ‘alayhi wa sallam) dalam menjalankan ibadah, yaitu dengan khusyuk, tenang, dan tidak berlebihan. Hal ini mengajarkan kita pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam ibadah dan komunikasi. Dengan mengikuti contoh Nabi (sallallahu ‘alayhi wa sallam) dalam hal ini, kita dapat memperoleh kedamaian batin dan keberkahan dalam ibadah kita serta menciptakan lingkungan yang seimbang dan harmonis di dalam masyarakat.

Kesimpulan Hadits

Kesimpulan dari hadits ini adalah pentingnya menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam ibadah serta komunikasi. Nabi Muhammad (sallallahu ‘alayhi wa sallam) menjadi teladan bagi umat Muslim dengan menunjukkan kekhusyukan dan ketenangan dalam shalatnya, serta menggunakan kata-kata yang sederhana dan tidak berlebihan dalam khutbahnya. Dalam kehidupan kita, menghindari perilaku yang berlebihan dan menjaga keseimbangan dalam segala hal merupakan langkah penting untuk mencapai kedamaian batin, harmoni dalam hubungan, dan kesuksesan yang sejati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *