Belajar, mengajarkan, dan mengamalkan ilmu merupakan tiga pilar penting dalam perjalanan pengetahuan dan kebijaksanaan. Anjuran ini menjadi landasan bagi individu untuk terus berkembang dan memberi manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Dengan belajar, kita dapat menggali pengetahuan dari berbagai sumber dan memperluas wawasan. Selanjutnya, mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah bentuk kedermawanan intelektual yang berarti, karena dengan berbagi pengetahuan kita memberikan kesempatan bagi orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Namun, kebijaksanaan sejati tak hanya berhenti pada tahap mengajar, tetapi juga melibatkan pengamalan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan ilmu yang telah didapat, kita dapat menjadikan pengetahuan sebagai alat untuk mencapai kesuksesan, kebahagiaan, dan kebermaknaan dalam hidup.
Kali ini petugas yang bertugas membaca yaitu Muchammad Ramdhan Sudhana XI TKJ 3, dari hadits Riyadus Sholihin Nomor 161, tentang anjuran merapatkan serta meluruskan shaf sholat.
Isi Hadits:
عن جابر – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ كَمَثَلِ رَجُلٍ أَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَ الجَنَادِبُ وَالفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهَا، وَهُوَ يَذُبُّهُنَّ عَنْهَا، وَأَنَا آخذٌ بحُجَزكُمْ عَنِ النَّارِ، وَأنْتُمْ تَفَلَّتونَ مِنْ يَدَيَّ ». رواه مسلم.
Dari Jabir r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Perumpamaanku dan perumpamaan engkau semua itu adalah seperti seorang lelaki yang menyalakan api, kemudian banyaklah belalang dan kupu-kupu yang jatuh dalam api tadi, sedang orang itu mencegah binatang-binatang itu jangan sampai terjun di situ. Saya ini -yakni Rasulullah s.a.w.- adalah seorang yang mengambil -memegang- pengikat celana serta sarungmu semua agar tidak sampai engkau semua terjun dalam neraka, tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku.” (Riwayat Muslim)
Penjelasan Hadits:
Rasulullah (saw) memberikan perumpamaan tentang peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang nabi dan pemimpin umat.
Perumpamaan tersebut dimulai dengan gambaran tentang seorang lelaki yang menyalakan api. Ketika api menyala, banyak belalang dan kupu-kupu jatuh ke dalam api tersebut. Namun, orang tersebut berusaha mencegah binatang-binatang tersebut agar tidak terjun ke dalam api yang berbahaya bagi mereka.
Rasulullah (saw) kemudian menjelaskan bahwa perumpamaan tersebut mencerminkan perannya sebagai seorang nabi. Dia menyatakan bahwa tugasnya adalah seperti orang yang mengambil atau memegang pengikat celana dan sarung orang-orang, untuk mencegah mereka dari terjun ke dalam neraka. Dengan demikian, Rasulullah (saw) berusaha keras melindungi dan membimbing umatnya agar terhindar dari keburukan dan bencana, serta membimbing mereka menuju jalan yang benar.
Namun, Rasulullah (saw) menyadari bahwa tidak semua orang akan menerimanya dengan sepenuh hati dan mungkin ada yang mencoba melarikan diri dari bimbingannya. Oleh karena itu, Rasulullah (saw) menyampaikan ungkapan “tetapi engkau semua masih juga hendak lari dari peganganku,” yang menunjukkan betapa sulitnya mengajak dan membimbing orang-orang yang masih enggan menerima petunjuk dan cenderung berpaling.
Dalam hadits ini, kita dapat belajar tentang ketabahan dan ketekunan Rasulullah (saw) dalam menyampaikan ajaran Islam kepada umatnya, meskipun menghadapi tantangan dan resistensi. Ia selalu berusaha untuk menyelamatkan dan membimbing umatnya agar terhindar dari kesesatan dan menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Kesimpulan:
Hadits ini menyampaikan perumpamaan yang diberikan oleh Rasulullah (saw) tentang perannya sebagai pemimpin umat. Ia dibandingkan dengan seorang lelaki yang menyalakan api, lalu berusaha mencegah belalang dan kupu-kupu agar tidak terjun ke dalam api yang berbahaya. Hal ini menggambarkan bagaimana Rasulullah (saw) berjuang untuk melindungi dan membimbing umatnya agar terhindar dari keburukan dan mendapatkan petunjuk yang benar. Namun, hadits ini juga mencerminkan kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah (saw) dalam mengajak orang-orang yang masih enggan menerima petunjuknya. Meskipun begitu, Rasulullah (saw) tetap teguh dan ketekunannya dalam membimbing umatnya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.