Kita pasti sangat berlomba lomba untuk mendapatkan pahala dari Allah Swt bahkan dalam ibadah sekalipun. Tak jarang banyak sekali orang yang terlihat berlebihan dalam beribadah. Sebenarnya, bolehkah kita berlebihan dalam melakukan beribadah dengan berharap ibadah kita makin diterima oleh Allah Swt?
Dalam pembahasan kali ini, pada hadits Riyadhus Shalihin nomer 143 akan dijelaskan bagaimana pandangan rasulullah terhadap orang orang yang melakukan ibadah secara berlebihan
Hadits:
وعن أنس رضي الله عنه قال: جاء ثلاثة رهط إلى بيوت أزواج النبي صلى الله عليه وسلم، يسألون عن عبادة النبي صلى الله عليه وسلم، فلما أخبروا كأنهم تقالوها وقالوا: أين نحن من النبي صلى الله عليه وسلم قد غفر الله له تقدم من ذنبه وما تأخر. قال أحدهم: أما أنا فأصلي الليل أبداً وقال الآخر: وأنا أصوم الدهر أبداً ولا أفطر، وقال الآخر: وأنا أعتزل النساء فلا أتزوج أبداً، فجاء رسول الله صلى الله عليه وسلم إليهم فقال: “أنتم الذين قلتم كذا وكذا؟! أما والله إني لأخشاكم لله وأتقاكم له لكني أصوم وأفطر، وأصلي وأرقد، وأتزوج النساء، فمن رغب عن سنتي فليس مني” ((متفق عليه)) .
Dari Anas r.a., katanya: Ada tiga macam orang datang ke rumah isteri-isteri Nabi Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam menanyakan tentang hal bagaimana ibadahnya Nabi Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam.
Kemudian setelah mereka diberitahu lalu seolah-olah mereka menganggap amat sedikit saja ibadah beliau. Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam itu. Mereka lalu berkata: “Ah, di manakah kita ini – maksudnya: Kita ini jauh perbedaannya kalau dibandingkan – dari Nabi Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam sedangkan beliau itu telah diampuni segala dosanya yang lampau dan yang kemudian.”
Seorang dari mereka itu berkata: “Adapun saya ini, maka saya bersembahyang semalam suntuk selama-lamanya.” Yang lainnya berkata: “Adapun saya, maka saya berpuasa sepanjang tahun dan tidak pernah saya berbuka.” Yang seorang lagi berkata: “Adapun saya, maka saya menjauhi para wanita, maka sayapun tidak akan kawin selama-lamanya.”
Rasulullah Shalallaahu ‘Alayhi Wasallam kemudian mendatangi mereka lalu bersabda:
“Engkau semuakah yang mengatakan demikian, demikian? Wahai, demi Allah, sesungguhnya saya ini adalah orang yang tertaqwa di antara engkau semua kepada Allah dan tertakut kepadaNya, tetapi saya juga berpuasa dan juga berbuka, sayapun bersembahyang tetapi juga tidur, juga saya suka kawin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalananku, maka ia bukanlah termasuk dalam golonganku.”
(Muttafaq ‘alaih)
Penjelasan Hadits:
Dijelaskan bahwa para sahabat rasulullah ingin sekali seperti rasulullah bahkan ibadahnya ingin untuk sembahyang selama lamanya, berpuasa selama lamanya, maupun bahkan menjauhi wanita selama lamanya. Namun rasulullah menanggapinya dengan berkata bahwa sesungguhnya dialah yang paling bertaqwa daripada mereka bertiga, tetapi beliau berpuasa untuk berbuka, beliau bersembahyang dan tidur untuk istirahat, bahkan rasulullah juga memiliki istri istrinya untuk dengan konteks masih suka dengan wanita. Jadi, bahkan semulia Rasulullah saja juga sama seperti manusia biasa yang membutuhkan istirahat, makan, maupun kesenangan.
Kesimpulan Hadits:
Rasulullah pun nyatanya hanya manusia biasa, ia rajin ibadah, rajin mengerjakan sunnah sunnah, rajin berdoa dan lain sebagainya. Namun, beliau tidaklah berlebihan dalam melaksanakan ibadah ibadah tersebut, beliau melakukannya semampu beliau dan tidak memaksakan diri. Kesimpulannya, sesuatu yang berlebihan tidaklah baik bahkan dalam hal beribadah sekalipun. Maka dari itu, semoga kita tidak lalai dalam melaksanakan ibadah dan tidak berlebihan dalam melaksanakan ibadah. Aamiin, aamiin, ya Rabbal Alaamiin